Minggu, 14 Juni 2015

"SURROGATE MOTHER"

Sabtu pagi yang tidak biasa...
Pagi2 sdh melepas keponakan saya yg baru saja lulus smp,  untuk pergi latihan marching band. Kegiatan di luar jam sekolah yg dia sukai.

Tak lama kemudian, keponakan saya lainnya yg duduk di bangku sma, minta di ambilkan rapor lantaran bunda dan ayahnya sedang ada urusan di luar kota.

Jadilah saya "Surrogate Mother" buat mereka. dan ini adalah kali pertama saya mengambil rapor. Bingung caranya sdh pasti, tp yang paling membingungkan, wali kelas si kakak (keponakan saya) tdk tau kalau saya bukan ibunya si kakak. Walhasil, ketika diberi wejangan soal prestasi kakak yg agak kurang dan angka alfa-nya yg berlebihan... saya hanya bisa ngangguk2 sok paham. "baik bu... baik bu... siyap bu..." kalimat pamungkas saya pagi itu.

Untung saja, tdk ada biaya apapun yg hrs sy keluarkan pagi itu. hehehe...

Yang harus saya lakukan sebagai surrogate mother hanyalah, "ada" untuk keponakan2 saya, disaat mereka membutuhkan.

Meski hanya harus "ada" disaat mereka butuhkan, menjadi surogate mother jg harus pake tanggung jawab plus kasih sayang. Padahal sifatnya hanya sementara lho, coba bayangkan jika anda menjadi orang tua angkat dr anak yang anda adopsi, layaknya Margarieth yg telah mengadopsi Angeline -bocah yg dinyatakan hilang dan ditemukan terkubur di belakang rumah ibu angkatnya-. Jika anda jadi Margareith dan punya anak angkat secantik angeline, tegakah anda menyakiti anak yang sewajarnya sdh anda anggap anak sendiri?
Atau tegakah anda menyuruh orang untuk menghabisi anak itu demi warisan?
Tragedi kematian angeline memang masih misteri. Namun, paling tidak polisi sdh menetapkan beberapa tersangka. Semoga kasusnya segera selesai, pembunuhnya segera terungkap dan angeline segera mendapatkan sayapnya di surga...

Anyway, kasus angeline dan saya menjadi surrogate mother memang tdk ada hubungannya, tp mungkin dr kasus itu kita bisa berkaca. sdh benarkah kita memperlakukan anak-anak kita?
#BahanRenungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar