Selasa, 30 Juni 2015

LULUS SEKOLAH, LANGSUNG DAPAT IJABSAH

Tolong baca sekali lagi judulnya... agar anda tidak salah baca. Yes, ijabsah... bukan ijasah.

Minggu 14 juni 2015, keponakan saya Dini Yusrina memutuskan untuk mengakhiri masa ABGnya. Di usianya yang baru 18 thn, dini memutuskan untuk menerima pinangan dari sang pacar yang usianya terpaut 6 thn darinya. Padahal dini baru saja dinyatakan lulus dari ujian nasional sekolah menengah kejuruan.

Dini belum mengantongi ijazah SMK, namun Dini sdh mengantongi surat ijabsah dari pak penghulu. saya jadi teringat sinetron indonesia yg berjudul "Pernikahan Dini"... (pernikahan dini, bukan cintanya yg terlarang... namun waktu saja belum tepat, merasakan semuaaaa....) begitu kira2 penggalan lagunya.

Bagi dini dan pasangannya, ini merupakan saat yg tepat untuk mengikat janji sehidup semati. Meski sulit rasanya untuk melepas dini untuk diserahkan pada org lain, mau tak mau orang tua dini akhirnya menyerah pada kemauan dini. Tanpa ragu, takut atau malu, Dini menjalani jenjang baru. Tanpa rasa sedih dan sesal, dini menjalani akad nikahnya dgn senyuman mengembang.

Dini, tahukah kamu, sehari setelah akad nikahmu, kamu akan jalani kehidupanmu sendiri tanpa mama dan bapakmu. kehidupan nyata dimana kamu akan rasakan manis, pahit dan getir pengalaman biduk rumah tangga.

Semoga, keputusan dini untuk menikah di usia dini, bukanlah keputusan sesaat yg diambil terlalu dini. Semoga kamu bisa menjadi istri, menantu dan ibu muda yg baik utk anak2mu kelak.

Mendukungmu selalu,

Bude Pipien

Minggu, 14 Juni 2015

"SURROGATE MOTHER"

Sabtu pagi yang tidak biasa...
Pagi2 sdh melepas keponakan saya yg baru saja lulus smp,  untuk pergi latihan marching band. Kegiatan di luar jam sekolah yg dia sukai.

Tak lama kemudian, keponakan saya lainnya yg duduk di bangku sma, minta di ambilkan rapor lantaran bunda dan ayahnya sedang ada urusan di luar kota.

Jadilah saya "Surrogate Mother" buat mereka. dan ini adalah kali pertama saya mengambil rapor. Bingung caranya sdh pasti, tp yang paling membingungkan, wali kelas si kakak (keponakan saya) tdk tau kalau saya bukan ibunya si kakak. Walhasil, ketika diberi wejangan soal prestasi kakak yg agak kurang dan angka alfa-nya yg berlebihan... saya hanya bisa ngangguk2 sok paham. "baik bu... baik bu... siyap bu..." kalimat pamungkas saya pagi itu.

Untung saja, tdk ada biaya apapun yg hrs sy keluarkan pagi itu. hehehe...

Yang harus saya lakukan sebagai surrogate mother hanyalah, "ada" untuk keponakan2 saya, disaat mereka membutuhkan.

Meski hanya harus "ada" disaat mereka butuhkan, menjadi surogate mother jg harus pake tanggung jawab plus kasih sayang. Padahal sifatnya hanya sementara lho, coba bayangkan jika anda menjadi orang tua angkat dr anak yang anda adopsi, layaknya Margarieth yg telah mengadopsi Angeline -bocah yg dinyatakan hilang dan ditemukan terkubur di belakang rumah ibu angkatnya-. Jika anda jadi Margareith dan punya anak angkat secantik angeline, tegakah anda menyakiti anak yang sewajarnya sdh anda anggap anak sendiri?
Atau tegakah anda menyuruh orang untuk menghabisi anak itu demi warisan?
Tragedi kematian angeline memang masih misteri. Namun, paling tidak polisi sdh menetapkan beberapa tersangka. Semoga kasusnya segera selesai, pembunuhnya segera terungkap dan angeline segera mendapatkan sayapnya di surga...

Anyway, kasus angeline dan saya menjadi surrogate mother memang tdk ada hubungannya, tp mungkin dr kasus itu kita bisa berkaca. sdh benarkah kita memperlakukan anak-anak kita?
#BahanRenungan

Kamis, 11 Juni 2015

Sama-sama belajar

Jika kita selalu meminta anak untuk belajar yang sungguh-sungguh, sudahkah kita sungguh-sungguh belajar untuk menjadi orang tua yang baik?

Jika kita ingin anak kita menjadi anak terbaik disekolah sudahkah kita menjadi orang tua terbaik dirumah?

-ayah edy-
Seorang praktisi pendidik anak

Selasa, 09 Juni 2015

BAHAGIA1

Kata orang BAHAGIA itu sebenarnya sederhana...

Coba saya buktikan!

Saya kagum, senang sekaligus terhibur Ketika melihat anak saya nyanyi lagu "Let it go" -soundtrack nya film Frozen- sambil bergaya ala elsa... padahal perbendaharaan kalimatnya pun msh terbatas lantaran anak saya baru berusia 2 thn.

Saya kagum, senang, terhibur = (sama dengan) Saya bahagia.... berarti, Bahagia itu benar2 bisa dirasakan dalam suatu hal atau kondisi yg sederhana. Ga perlu punya uang banyak untuk bahagia *cara ngeles org yg punya uang pas2an* hahahahaha...

Anyway, mulailah ciptakan bahagiamu di tempatmu berada, meski dlm keadaan sederhana...
#YukBahagia

Minggu, 07 Juni 2015

#CurcolJilid1


Ternyata menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita pekerja itu teramat sangat sulit. at least buat saya...

Betapa tidak, saat shift pagi. saya harus bangun jam 3 pagi. mandi, menghangatkan makanan yg sdh sy masak semalam, menyiapkan botol2 susu si kecil, mencuci piring, sampai menyiapkan satu termos penuh air panas untuk ibu saya. saatnya berangkat, saya tdk pernah sempat dandan. dgn muka polos dan gaya hijab ala kadarnya, saya pun pergi kerja.

Pulang dr ktr, saya hrs secepatnya berjibaku dgn pekerjaan rmh. masak utk makan malam, sekaligus menyiapkan utk besok pagi. jika beruntung, saat sampai di rmh, si kecil msh tidur siang. dgn begitu, saya bisa mengerjakan PR dgn tenang.

Agar tdk kehilangan waktu bermain dgn anak saya yg masih berusia 2thn, kadang saya mengajaknya bermain di dapur sambil  memasak. Saya biarkan anak bermain dgn alat2 dapur yg tdk berbahaya utknya...

Saat dapat shift sore, saya hrs mempersiapkan semuanya sebelum sy berangkat kerja. lagi2 ga sempat dandan... kapan ya bisa kayak ibu2 pekerja lainnya yg punya waktu buat dandan sebelum berangkat kerja? *padahal kalau ada waktupun, sy ga pandai berdandan*

Kadang saya berharap bisa dapat ekstra waktu. mungkin Tuhan bisa buat sehari 32 jam dan bukan 24 jam agar saya bisa punya waktu main dgn anak. Tp setelah dipikir2 kalau waktu ditambah mjd 32 jam sehari, jam kerja saya pasti jg akan bertambah... sama saja kan. jd memang Tuhan telah mengatur segalanya dgn tepat...

Mengeluh memang tidak menyelesaikan persoalan, tp kadang membuat dada ini sedikit lebih lega... iya kan ibu2?! Tapi sayangnya, Tuhan tidak suka umatnya mengeluh. Karna sebenarnya Ia telah merancang segalanya dgn tepat dan sesuai untuk setiap orang. Dan jika dipikir dgn kepala dingin, saya ini orang yang beruntung. Dgn segala keterbatasan yang ada, saya memiliki keluarga yg bs diandalkan. saya punya ibu yg selalu ada untuk saya, termasuk menjaga anak saya. saya punya kakak2 yg selalu siap membantu jika saya ada kesulitan apapun. termasuk menjaga anak saya ketika ibu saya sakit. Jadi sudah sewajarnya untuk mengucap rasa syukur kan... Alhamdulillah