Sabtu, 17 Maret 2012

Lovely Heart, Chussy...


Bila anda sekilas melihat foto tiga ekor kucing ini, sepertinya memang foto biasa. Seekor kucing sedang menyusui dua anaknya. Sebenarnya, anak sang kucing bernama Chussy itu hanya satu, yaitu anak kucing yang berbulu putih-kuning. Sedangkan anak kucing berbulu putih-kuning-hitam, bukanlah anaknya.

Perhatikanlah ukuran tubuh kedua anak kucing tersebut. Tidak sama besar bukan?! Itu karena anak kucing berwarna putih-kuning-hitam ditemukan Chussy sendirian di pinggir jalan. Chussy-pun membawa anak kucing itu pulang. Dengan tulus, Chussy merawat dan menyusui anak kucing yatim-piatu itu.

Subhanallah, Kucing saja bisa punya hati nurani yang tulus dan kasih sayang pada sesama. Lantas, mengapa manusia yang sudah dibekali akal pikiran serta organ hati yang besar, masih saja ada seorang ibu yang tega mau menjual anaknya. Istighfar yuk aaah... Astaghfirullah haladzim!!!

Melukis Bersama Victoria & Autistic Children

Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak. Gejala yang tampak adalah gangguan dalam bidang perkembangan: perkembangan interaksi dua arah, perkembangan interaksi timbal balik, dan perkembangan perilaku. Hingga saat ini kepastian mengenai autisme belum juga terpecahkan. Padahal, perkembangan jumlah anak autis sekarang ini kian mengkhawatirkan. Di Amerika Serikat, perbandingan anak autis dengan yang normal 1:150, sementara di Inggris 1:100. Indonesia belum punya data akurat mengenai itu. (Sumber : Kompas Health)

Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang sesuai dengan konsep dan cara anak.

Anak dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan. Anak dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-hari.

Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.

Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Memang tidak ada terapi khusus yang efektif untuk menyembuhkan anak autis. Tetapi, dengan memahami karakteristik dan menggali potensi yang dimiliki, kesulitan anak autis bisa dikurangi dan potensinya bisa dikembangkan agar mereka dapat hidup lebih mandiri.
Memiliki anak autis tidak selamanya berarti dunia seakan runtuh. Pandangan ini antara lain karena sebagian besar orangtua dengan anak autis terlalu menfokuskan perhatian mereka pada kelemahan yang dimiliki anak, akibatnya, potensi tidak tergali secara maksimal.

Sebagian orangtua juga sering terlambat mendeteksi kekurangan anak karena hanya mengandalkan pusat-pusat terapi untuk mengatasi masalah yang dialami, dan kurang menggali alternative pengembangan individual dan pengembangan potensi. Padahal jika deteksi dini dilakukan, stimulasi bisa segera diberikan untuk mengatasi kekurangan sekaligus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, maka hasilnya akan lain. Nyatanya, dengan penanganan sedini mungkin, tidak sedikit individu dengan autism berhasil mengatasi masalah dan mengembangkan bakatnya.

ART THERAPY
Salah satu terapi pelengkap untuk mengembangkan potensi pada anak autis yang saat ini mulai popular di Indonesia adalah art therapy (terapi seni), yaitu terapi atau latihan pendisiplinan diri melalui media kesenian, yaitu menggambar, melukis, membuat patung dari tanah liat atau berlatih music. Termasuk dalam kategori art therapy adalah melihat dan mempelajari obyek lukisan dan foto (visual tools).

Terapi seni dapat menolong pasien penderita autism sesuai karakteristik setiap anak, seperti membantu meningkatkan kecakapan komunikasi, mengembangkan perasaan dan emosi, membantu mengembangkan hubungan social serta melatih respon inderawi. Ini dimungkinkan karena anak-anak autis bukan tanpa potensi, mereka memiliki bakat dan kecakapan akademis yang bisa dikembangkan. (http://www.autisme-society.org)

Di luar potensi umum yang dimiliki, beberapa anak autis memiliki kecakapan atau kecenderungan khusus misalnya pada bidang numerical (angka), lainnya memiliki kecenderungan atau potensi auditif (pendengaran), ada juga yang memiliki potensi di bidang visual (penglihatan) dan taktil (sentuhan).
Dengan memahami karakteristik dan potensi tersebut, seorang terapis terbantu dalam memperbaiki gangguan kesulitan yang dialami dan dapat menggali potensi yang terpendam. Itulah mengapa terapi seni, baik melukis atau latihan vocal, dapat dimasukkan sebagai bagian ari stimulasi untuk melengkapi (adjuvant) terapi lain.
Setidaknya ada tiga manfaat art therapy bagi anak autis, yaitu;

1. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Art Therapy dapat membantu menstimulasi bagian otak yang tidak berkembang dan membantu anak autis dalam mengekspresikan kecakapan non verbal. Saat anak autis sedang melukis atau menggambar misalnya, sesungguhnya dia sedang berkomunikasi dengan menggunakan symbol. Proses ini dapat membantu mengembangkan kecakapan komunikasinya secara langsung, serta membantu dalam mengelola proses berpikir.
Secara bersamaan, sang terapis juga dapat lebih focus dalam mengeksplorasi kecakapan berkomunikasi anak dengan memanfaatkan beberapa teknik tertentu, seperti memberi tugas menggambar dengan mencontoh atau melukis sesuai arahan terapis. Anak dengan autisme akan merespon tugas yang diberikan terapis lewat perubahan sikap dan karya lukisannya. Metode ini juga dapat melatih anak untuk lebih focus dan dapat terlibat secara langsung dalam proses interaksi dengan orang lain.

Saat terapis membangun hubungan dengan pasien autis itulah pasien mulai mengembangkan kemampuan menyimpan dan menambah pengalaman barunya. Itulah cara kerja dan proses komunikasi dalam terapi seni, yaitu dengan menciptakan suasana positif yang sangat baik dan menyehatkan. Cara ini juga bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan membantu memperbaiki perkembangan emosi anak autis.
Anak autis juga cenderung lebih mudah diarahkan oleh terapis yang bisa menciptakan rasa aman dan nyaman serta bisa menjalin hubungan sesuai karakteristik setiap anak. Jika anak autis dapat merasakan pengalaman yang nyaman selama proses terapi berjalan, maka ia akan mudah diarahkan.

2. Mengembangkan Perasaan Anak Autis
Art therapy juga bermanfaat untuk membantu mengembangkan perasaan dan emosi anak autis. Karena anak autis tidak memiliki emosi dan perasaan yang stabil, lewat melukis atau menggambar, terapis dapat melatih cara mengekspresikan perasaan lewat kegiatan menggambar atau melukis. Latihan ini juga berguna untuk melatih daya tahan atau keuletan dan kesabaran pasien dalam menyelesaikan suatu tugas seni selain membantu memperbaiki ekspresi dan perasaannya.

3. Melatih Koordinasi Sistem Saraf
Koordinasi system saraf pada anak autis adalah salah satu aspek penting. Penggunaan metode multi sensory dapat membantu mengintergrasikan atau mengkoorinasikan perasaan anak autis, seperti mendengar dan menyentuh. Misalnya, dengan memainkan tangga nadan dengan alat-alat music, atau berlatih menyanyi secara periodic pada sesi terapi yang berbeda.


Meskipun memiliki kesulitan-kesulitan sesuai dengan karakteristik individual anak, anak autis juga dapat mengembangkan keterampilan komunikasi dan kepekaan sensorik mereka selama proses terapi berlangsung. Sesuai dengan keunikan dan karakteristik masing-masing, anak-anak autis juga dapat melakukan interaksi yang positif dengan terapis selama terapi berlangsung. Lewat mekanisme ini, seiring dengan pertumbuhan pola piker dan sikap emosionalnya, sikap negative anak autis pun akan berkurang. (Sumber : www.sweetpearls.com)



Mengetahui fakta-fakta di atas, seorang pelukis asal Rusia, Victoria Renaux Abdoulaeva merasa tergerak untuk melatih melukis anak-anak autis. Dibantu oleh perkumpulan suku batak di Jakarta, Darapati, Victoria mengumpulkan 140 orang anak autis untuk melakukan sesi melukis bersama. Setiap sesinya, Victoria mengajak 5 orang anak. Sehari 2 sesi melukis selama 14 hari, dilakoni Victoria, mulai dari tanggal 2 - 15 Maret 2012 di Galeri Nasional, Jakarta.


Dengan bermodal kanvas dan cat arcrilic, Victoria menemani dan membimbing anak-anak berkebutuhan khusus tersebut melukis. Anak-anak, diberi kebebasan melukis apapun yang mereka mau. Kebanyakan dari mereka hanya melukiskan campuran warna-warna abstrak saja. Hebatnya, Victoria mengerti arti lukisan anak-anak autis tersebut. Victoria pun bisa memberikan informasi kepada orang tua, apakah anak mereka punya bakat seni, apa yang dibutuhkan oleh sang anak, ataupun perasaan yang sedang dirasakan oleh sang anak. Menurut Victoria, "Happiness is the best medicine for autistic children."


Victoria memang bukan kali ini saja melibatkan anak-anak dalam dunia lukisnya, anak-anak normal, maupun anak-anak berkebutuhan khusus seperti autis dan down sindrom. Kepeduliannya terhadap anak-anak, membuat pelukis yang pernah 5 tahun tinggal di Bali serta 3 tahun di tanah batak ini, ingin memberikan kebahagiaan pada anak-anak, terutama anak-anak autis. Menurutnya, anak-anak memberinya inspirasi dan energi yang besar bagi lukisannya. Selain menggelar sesi melukis bagi anak-anak autis, Victoria juga menggelar pameran lukisannya di Galeri Nasional.

Robot Si Gale-Gale

Robot Si Gale-gale
Robot berpakaian adat Sumatera Utara ini diberi nama Si Gale-gale oleh Crisman Silaban dan Deny penciptanya. Mereka adalah mahasiswa fakultas teknik Universitas Indonesia. Robot Si Gale-Gale bisa menari tor-tor lho! Dengan 4 kali tepukan tangan, si Gale-gale akan menari tor-tor, mengikuti irama musik. Robot si Gale-gale ini, berhasil merebut technical awards dlm International Robotics Olympiad 2011 lalu. Wow... Amazing bukan!

Senin, 05 Maret 2012

Balada Bocah Pengamen



Sepulang bertugas dari Wisma Nusantara minggu pagi itu, saya naik metromini jurusan tanah abang - pasar minggu. Di lampu merah pancoran, naiklah dua bocah kecil yang hendak ngamen di bis yang saya naiki. Sang kakak kira2 berumur 5tahun, sedang adiknya saya rasa belum genap 2tahun. Dengan kaki kecilnya, sang adik berusaha berdiri tegak di dalam bis kota yang sedang berjalan pelan. Sedang kakaknya asyik bernyanyi sambil sesekali memegangi sang adik.

Melihat pemandang tersebut, kontan saja penumpang ibu-ibu yang ada di bis langsung terenyuh dan mengeluarkan uang masing-masing seribu rupiah untuk dua bocah tersebut. Setelah ngamen, dua bocah itupun turun dari bis sambil terhuyung. Wajah sang kakak terlihat bangga lantaran dapat hasil yang lumayan. Namun asal anda tahu saja, uang yang mereka dapat belum tentu dapat mereka nikmati. Pasalnya, mereka harus menyetorkan uang tersebut pada orang tua ataupun koordinator mereka.

Betapa nista orang tua maupun koordinator yang membiarkan bocah sekecil itu mencari nafkah untuk mereka. Bocah yang seharusnya punya banyak waktu bermain dan berkembang, justru harus menanggung beban hidup orang tuanya. Inilah salah satu gambaran miris ibukota Jakarta... *geleng2*

Hip Hop Kids Runs The Show

Tari Hip Hop kembali menggejala belakangan ini. ZooKids Dance adalah sebuah komunitas tari hip hop yang saya datangi baru-baru ini. Sesuai dengan namanya, anggota komunitas ini, terdiri dari anak-anak berusia 5 - 14 tahun. Digawangi oleh mentor mereka Andre, ZooKids biasanya latihan di Taman Ismail Marzuki, tepatnya di depan studio XXI setiap hari Rabu dan Jumat.

Bukannya promo lho, saya benar-benar kagum dengan anak-anak ini, terutama dengan anak yang ada dalam video di atas. Namanya Richie, umurnya baru 5 tahun, tapi ia sudah bisa melakukan gerakan-gerakan hip hop yang sulit. Menurut ayahnya, Richie yang mengaku bercita-cita jadi dokter itu memang senang menari sejak kecil. Untuk memfasilitasi bakat anaknya, sang ayah pun memasukkan Richie ke ZooKids Dance 4 bulan yang lalu. Wow, mengagumkan bukan?! Baru berlatih 4 bulan, anak sekecil Richie sudah mahir ber-hip hop ria.

Melihat Richie menari, saya merasa kagum bercampur was-was. Betapa tidak, gerakan-gerakan ekstrem yang dilakukan Richie, membuat saya bertanya-tanya "apakah tidak membuatnya cidera?" Namun, Andre sang pelatih menerangkan bahwa murid-muridnya dibekali dasar-dasar gerakan yang tidak akan membuat mereka cidera, meskipun melakukan gerakan ekstrem.

Apakah anda punya anak yang juga senang menari seperti Richie? Mungkin anda bisa memasukan anak anda ke ZooKids. Selain bisa menyalurkan bakat anak, menari juga mengajarkan anak untuk berkonsentrasi, lebih pede, enerjik dan kreatif.

Catatan Perjalanan dari Cirebon



Perjalanan ke kota udang Cirebon, saya awali dengan kurang nyaman lantaran melewati kawasan pantura yang jalnnya penuh lubang. Belum lagi iring-iringan truk dan bis antar kota yang saling berkejaran. saya bertanya-tanya dalam hati, berapa kali dalam setahun Pemda setempat membetulkan jalan yang berlubang ya?








Sampai di kota Cirebon, saya dan rombongan menginap di Hotel Sidodadi yang terletak di jalan Siliwangi. Hotelnya cukup sederhana. Namun yang membuat nyaman adalah kamarnya cukup terjaga. Sarapannya juga terbilang bisa diterima perut saya.  



Perjalanan di kota Cirebon, saya mulai dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Sewaktu saya dan kawan-kawan berkunjung, suasana keraton sedang ramai menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kami diterima langsung oleh Gusti Sultan Sepuh XIV, P.R.A. Arief Natadiningrat, setelah sebelumnya beliau memimpin upacara Siraman Panjang Jimat. Ternyata, sang sultan pemimpin Keraton Kasepuhan Cirebon tersebut humoris juga ya... 


Sebelum berkunjung ke Keraton Kasepuhan, sebenarnya saya sempat mendatangi Keraton Kanoman. Namun tidak ada yang bisa saya rekam disana. Kondisi keraton yang kurang terawat, membuat saya miris.



Perjalanan saya lanjutkan ke Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati. sesampai disana, saya disambut oleh para pengemis dan penduduk setempat yang meminta sumbangan secara paksa. Perjalanan wisata sekaligus spiritual itu jadi tidak nyaman, lantaran saya menggerutu karena berkali-kali di palak sebelum memasuki kompleks sunan gunung jati.



 




Tujuan berikutnya adalah desa batik di daerah Trusmi, Cirebon. Di wilayah ini, sebagian besar penduduknya hidup dari batik. Ada yang menjadi pengrajin, ataupun pedagang batik. Motif batik mega mendung adalah corak khas desa ini. Toko-toko batik memenuhi kiri-kanan sepanjang wilayah Trusmi. Bagi para pecinta batik, Trusmi adalah surganya belanja. Seperti kedua teman saya, Memez dan Uky. Mereka "menggila" ketika melihat begitu banyaknya koleksi yang bisa miliki, dan memborong puluhan potong batik di sebuah toko batik paling besar di Trusmi.





Sebelum mengakhiri perjalanan untuk kembali pulang ke Jakarta, saya mengunjungi situs bersejarah Taman Gua Sunyaragi. Bekas Kaputren keraton Cirebon yang kini menjadi tempat wisata itu, sepi pengunjung. Mungkin karena saya datang di hari kerja ya... Tempat yang rentan rusak itu, justru dipakai oleh sekelompok ABG untuk nongkrong dan bermain di sore hari. Meski begitu, tempat yang penuh dengan unsur mistis itu, tak pelak membuat saya kagum akan kebesaran negeri ini.